Seminar

Memperkokoh Pemahaman Hak SIPOL & EKOSOB di Museum HAM Munir

Dua pilar utama hak asasi manusia adalah mengenai hak-hak Sipil dan Politik (SIPOL) dan hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB). Dalam perkembangannya, kedua prinsip hak tersebut berjalan seiring dan tidak dapat dipisahkan. Negara mesti bertanggung jawab dan berperan aktif dalam melindungi, memenuhi dan mempromosikan hak asasi manusia. Tanggung jawab negara tersebut juga terkait soal budget, institusionalisasi dalam memenuhinya. Sejarah perkembangan hak asasi manusia di Indonesia sudah berkembang perdebatannya sejak awal perumusan kemerdekaan Indonesia.

Museum HAM Munir pada Minggu 6 Desember 2020 menggelar diskusi seri 3 dengan tema “Memperkokoh Pemahaman Hak Sipol dan Ekosob di Museum HAM Munir”. Menghadirkan narasumber: Haris Azhar (Lokataru), Abdul Manan (Ketua AJI Indonesia), Dessy Wahyuni (Pemenang Kompetisi Seni Museum HAM Munir), Kamila Andini  (Sutradara Film), Anis Hidayah (Migrant Care), Andi Achdian (Sejarawan/Museum HAM Munir), dengan moderator Smita Notosusanto (Museum HAM Munir).

Tujuan pendirian Museum HAM Munir ingin membuat kesadaran sejarah terkait tema-tema hak asasi manusia, di dalamnya hak Sipol dan Ekosob. Dalam menampilkan sejumlah persoalan hak asasi, Museum  HAM Munir ini nantinya akan disampaikan secara interaktif dengan beragam medium. Bukan hanya teks dan foto, tapi ada benda yang merefleksikan. “Bukan hanya kognisi, tapi juga empati. Menerjemahkan hak Sipol dan Ekosob dalam bentuk yang interaktif”, ungkap Andi Achdian, sejarawan dan salah satu pendiri Museum HAM Munir.

Anis Hidayah dari Migrant Care menyoroti pentingnya museum menjelaskan akses terhadap keadilan yang sulit didapat oleh para pekerja migran.. Masalah nasib jumlah 9 juta pekerja migran ditambah keluarganya menjadi 22 juta di Indonesia ini penting jika Museum juga mengangkat tema ini. Menampilkan kesadaran dan empati pada nasib buruh migran sebagai obyek komoditas dan kekerasan.

Terkait soal bagaimana menampilkan ke publik persoalan hak asasi manusia (Hak Sipol dan Ekosob), pendekatan lewat seni bisa lebih luwes berkompromi. Film menjadi medium reflektif yang kuat mewakili suara-suara yang perlu dipenuhi oleh pemerintah, papar sutradara film Kamila Andini.

Simak rangkaian dikusi seri 3 #HumanRightsDay 2020 di kanal YouTube Museum HAM Munir


© Omah Munir All Rights Reserved.
Top